Anak Depresi |
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi,
mengatakan, jam belajar anak Sekolah Dasar (SD) di Indonesia mencapai
1.400 jam per tahun, melebihi standar jam belajar 800 jam per tahun yang
telah ditetapkan UNESCO. ”Standar belajar UNESCO 800 jam per tahun
untuk anak SD, sedangkan anak SD di Indonesia belajarnya mencapai 1.400
jam.
Kejamnya luar biasa,” ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak yang akrab dipanggil Kak Seto,
. Menurut dia, istilah wajib belajar sekarang ini salah. Mengenyam
pendidikan bagi anak merupakan hak bukan kewajiban, justru yang wajib
adalah pemerintah yang harus menyediakan tempat belajar yang
menyenangkan. Dia mengatakan, seharusnya semua orang dapat membuat
belajar itu terkait dengan pengalaman yang menyenangkan. ”Anak-anak pada
dasarnya sejak kecil senang belajar. Yang membuat mereka tidak senang
ya gara-gara sekolah itu dibuat jadi ‘susah’, PR-nya, kurikulumnya
terlalu padat,” ujar dia. Oleh karena itu para orang tua dengan berbagai
macam cara berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik sang anak.
Entah itu dengan memasukkan anak ke full day school, les privat maupun
bimbingan belajar sampai menyita waktu bermain anak.
Yang jadi masalah, kita belum
bisa secara efektif & efisien memaksimalkan metode belajar
mengajar yang baik. Artinya, secara kasar dapat kita lakukan bahwa
jam belajar yang panjang (seperti yang kita terapkan selama ini)
bukanlah jaminan seorang siswa akan menjadi lebih pandai. Bahkan bisa
jadi sebaliknya,problema murid ini juga nggak lepas dari masalah
pengajarnya. “memang belum ada penelitian yang khusus dan
mendalam. Tapi , persoalan guru di Indonesia, juga harus dibenahi.
Jika kita mau meninjau ulang
berbagai macam usaha untuk memajukan pendidikan di negeri ini,
semuanya terpusat pada “Bagaimana cara menggembleng siswa dan
mencekoki siswa dengan materi‐materi yang sudah ditetapkan oleh
kurikulum di Negeri ini. Semua berorientasi pada Kuantitas bukan
Kualitas”. Lalu, walaupun secara kuantitas jam belajar di negeri
ini melebihi jam belajar di jepang atau perancis. Apakah kualitas
dari proses pembelajaran yang berlangsung di Indonesia bisa dikatakan
lebih baik dari kedua Negara tersebut? Lalu apakah visi pembelajaran
yang dicanangkan sudah tercapai? Lalu adakah faktor lain yang bisa
mempengaruhi keefektifan proses Kegiatan Belajar Mengajar? Padahal,
data dari UNESCO menyebutkan bahwa Jam belajar anak‐anak sekolah di
Indonesia mencapai 1.680 jam per tahun untuk SMP dan SMP atau
42 jam dalam seminggu.
Bila dibandingkan dengan anak‐anak di
Jepang jenjang yang sama hanya memerlukan waktu 30 jam atau 32
jam untuk anak sekolah di perancis, dua Negara yang system
pendidikannya diakui cukup baik di dunia. Di Australia jam belajarnya
malah hanya 25 jam. Bisa dibayangkan betapa besar tekanan yang
di alami siswa dengan banyaknya beban serta tuntutan yang mereka
emban baik dari orang tua, guru maupun lingkungan sekitar. Siswa
dituntut untuk belajar dengan waktu yang lama yaitu 42 jam dalam
seminggu bahkan jam belajar itu melebihi jam belajar 2 negara
yang sistem pendidikannya diakui cukup baik di dunia. Lalu
pertanyaan yang muncul adalah apakah hasil yang dicapai system
pendidikan di Indonesia bisa maksimal dan bisa melebihi ke 2 negara
tersebut? Sisi positif dari ‘belajar lama’ ini mungkin saja
ada, namun tak begitu kelihatan. Yang ‘kelihatan’ malah sisi
kelemahan kita. Sebut saja, katanya, jika diambil rata‐rata
kemampuan intelektual siswa Indonesia dari SD sampai SMA disbanding
anak‐anak Negara lain yang menerapkan jam belajar yang lebih
pendek, misalnya jepang atau perancis. “Apakah anak‐anak
Indonesia lebih berkualitas secara rata‐rata? Rasanya tidak. Atau jika
Negara tetangga seperti Singapura, kita juga masih kalah. Apakah
kita lebih bodoh? . Gurupun juga tidak kalah takutnya.
Para guru sangat ditekan oleh
tuntutan kurikulum yang padat dalam waktu yang singkat. Para guru
dituntut untuk menyampaikan banyak materi dengan cepat, melakukan
evaluasi permateri dan belum lagi untuk memenuhi tuntutan
kelulusan juga kewajiban secara tidak langsung untuk menjaga
reputasi sekolah. Dan tentunya guru akan semakin
intens menggembleng siswa walau harus dengan menambah jam
belajar siswa di sekolah.
Sumber : http://pakdzul.wordpress.com