TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA. KOMENTAR ANDA MERUPAKAN KEHORMATAN BAGI KAMI.
Komentar, masukan, ide, dan gagasan Anda sangat kami butuhkan di sini. Demi majunya kegiatan belajar mengajar SD kami. Utamanya untuk meningkatkan prestasi belajar para peserta didik kami. Salam untuk orang-orang yang dekat di hati Anda. Mari bersama kita tingkatkan mutu pendidikan di Indonesia!

Selasa, 20 November 2012

Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Perkembangan peradaban kehidupan manusia secara perspektif menuntut kecakapan hidup sebagaimana trend kebutuhan dalam era kehidupan global saat ini. Interaksi kehidupan manusia terjadi secara global, memungkinkan terjadinya banyak benturan baik yang bersifat budaya maupun kepribadian. Budaya dan kepribadian manusia sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan tingkat pengetahuan yang diperoleh dari proses pendidikan. Dengan demikian, anak sepatutnya mendapatkan pendidikan tentang budaya kehidupan global dengan bekal kemampuan interaksi dan kolaborasi yang baik.

Strategi Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan melalui riset ilmiah diberbagai negara di dunia, sehingga sitematikanya dapat diterapkan disemua tingkat pendidikan dan di semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetuan Alam (Biologi). Strategi pembelajaran kooperatif telah dikembangkan dalam berbagai tipe variasi, di antaranya adalah Think-Pair-Share, Students Teams Achievement Devition, Teams Games-Turnament, Jigsaw, dan sebagainya. Tipe pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda tetapi semuanya masih dalam konsep regular dari pembelajaran kooperatif. Misalnya, Think-Pair-Share memiliki penekanan terhadap pengembangan kemampuan siswa menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Sedangkan Teams Games-Tournament menekankan pada tanggung jawab individu dalam berkonstribusi terhadap kesuksesan kelompok dalam suasana kompetitif.

Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.

Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Vygotsky. Dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka. Menurut Santrock (2008), ada tiga klaim dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong pelaksanaan pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif.

Dari tinjauan psikologi belajar, Djamarah (2008) mengemukakan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pengertian tersebut, belajar melibatkan dua unsur penyusun tubuh manusia, yaitu jiwa dan raga. Untuk mendapatkan perubahan, gerak raga harus sejalan dengan proses jiwa. Dengan demikian, perubahan yang diperoleh bukanlah perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan gerakan fisik sebagai sebab masuknya kesan-kesan baru.

Dari tinjauan fisiologi otak, neuron-neuron yang berperan dalam pemrosesan informasi membentuk modul-modul yang saling berhubungan dan membentuk jalur majemuk yang pada gilirannya membentuk daerah atau komunitas korteks. Setiap modul memiliki rancangan genetic khusus yang menjadikannya ahli dalam satu aena interaksi dengan dunia. Beberapa sirkuit memproses sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, beberapa memproses indrawi, dan lainyya menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan gerakan, warna dan sebagainya. Oleh karena semua sistem kompleks ini memproses informasi secara khusus, maka disebut sebagai sistem pembelajaran (Given, 2007). Sistem pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh input lingkungan dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan aspek bawaan dan bersifat permanen sedangkan input lingkungan yang paling kuat adalah pola pengasuhan dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam pembelajaran kooperatif, memberikan peluang yang sangat tinggi dalam mengembangkan lima sistem pembelajaran primer anak, yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik dan reflektif.

Menurut Given (2007), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat untuk belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem emosional siswa siap untuk belajar. Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta-individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.

Menurut Given (2007), sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan dengan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan perkembangan kecakapan akademis lainny. Sistem kognitif mengandalkan input sensoris, dan berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem memori secara memadai untuk mengontsruksi pengetahuan dan kecakapan. Perhatian pada sistem kognitif menempatkan guru pada peran fasilitator pembelajaran dan siswa pada peran pemecah masalah dan pengambil keputusan nyata. Sistem kognitif berfungsi paling baik jika sistem lain yakni emosional, sosial, fisik dan reflektif tidak bersaing dalam menarik perhatian. Jika sistem emosional dan sosial tertekan, sistem kognitif kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada upaya mengatasi masalah dan membuat keputusan akademis. Dengan demikian, memperoleh kecakapan dan pengetahuan menjadi prioritas kedua dan ketiga dalam sistem operasi majemuk pikiran.

Pembelajaran juga sangat tergantung pada kebutuhan sistem pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal, serta kecenderungan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Meskipun sebagian siswa menghindari pembelajaran tactual dan kinestetik, namun siswa lain bisa menikmati pembelajaran hanya jika modalitas ini dilibatkan. Sistem pembelajaran fisik menyukai tugas akademik yang menantang yang mirip olah raga, dan perlu terlibat aktif karena sistem ini tidak bisa memproses informasi secara pasif. Sedangkan sistem pembelajaran reflektif melibatkan pertimbangan pribadi terhadap pembelajarannya sendiri. Sistem ini menuntut siswa untuk memahami diri sendiri, dan ini bisa dikembangkan dengan pelbagai cara pembelajaran. Sebagai contoh, menyimpan catatan prestasi dan interpretasi kemajuan siswa bisa menjadi petunjuk tentang sistem dan subsistem pembelajaran yang paling efektif untuk anak tertentu. untuk mengoptimalkan perkembangan sistem pembelajaran reflektif, otak perlu mendapatkan instruksi eksplisit dalam pemantauan diri dan analisis kinerja. Disinilah peran guru dalam bertindak sebagai pencari bakat yang mengenali kelebihan siswa, kemudian membimbing dan memupuk kelebihan itu menjadi bakat nyata.

Aspek penting lain yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem kognitif di kelas adalah guru. Guru harus menunjukkan minat dan memahami dengan baik kandungan materi yang diajarkan. Jika siswa merasa bahwa guru antusias terhadap materinya, antusiasme itu menular karena dapat mendorong hasrat kuat untuk belajar dan meraih prestasi akademis. Guru pun harus menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan gaya belajar yang disukai masing-masing. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima sistem pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan rancangan pembelajaran berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang mengembangkan kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan  kolaboratif yang proporsional. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi terutama jika disediakan penghargaan tim atau kelompok dan tanggung jawab individual.

Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga. Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok. Metode pembelajaran kooperatif telah sering digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya.  Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematis dan praktis yang ditujukan unutk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas. (Dari berbagai sumber)

Senin, 05 November 2012

Pengertian (Definisi) Media Pengajaran

Penggunaan Media Pengajaran
Di dalam dunia pendidikan kita kenal berbagai istilah peragaan atau keperagaan. Ada yang lebih senang menggunakan istilah komunikasi peragaan. Dewasa ini telah mulai dipopulerkan istilah baru yakni "Media Pengajaran". Sedangkan dalam kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan istilah Audio-Visual Aids. Untuk pengertian yang sama, banyak pula ahli yang menggunakan istilah Teaching material atau Instructional material. Oleh karena beragamnya istilah tersebut, yang mempunyai tekanannya sendiri-sendiri, maka akan lebih baik jika kita mengambil salah satu diantaranya, dalam hal ini "Media Pengajaran". Yang bertujuan mengarahkan semua proses pendidikan dan pengajaran, kegiatan pendidikan dapat diarahkan kepada pembentukan manusia yang diharapkan oleh masyarakat. 
Secara praktis proses pencapaian tujuan itu melalui suatu pengajaran yang direncanakan oleh sekolah. Atau dengan kata lain sekolah menyediakan suatu lingkungan yang sesuai dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat umum sesuai dengan kebutuhan: dan cita-cita masyarakat itu. Tujuan khusus adalah tujuan yang merupakan penjabaran secara terperinci dari tujuan umum. Tujuan guru adalah tujuan yang diharapkan oleh guru, yakni perubahan dalam berbagai aspek tingkah laku siswa. Sedangkan tujuan siswa adalah tujuan yang berdasarkan pada keinginan dan minat siswa.

Untuk dapat lebih mudah memahami uraian Pengertian Media Pengajaran selanjutnya, berikut ini diberikan beberapa pengertian tentang media. Kata "Media" berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "Medium" yang berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan dari orang tentang media media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi lebih penting lagi digunakan oleh siswa. Karena sebagai penyaji dan penyalur pesan, dalam hal tertentu media dapat menyampaikan informasi secara. lebih teliti jelas dan menarik.

Menurut Soendjojo mengatakan Pengertian Media Pengajaran “Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide sehingga gagasan itu sampai pada penerima”.  Sedangkan menurut Sadiman mengatakan "Media adalah segala alat fisik yang dapat menyatakan pesan serta perangsang siswa untuk belajar".  Hakekat pemilikan dan penggunaan media adalah keputusan untuk memahami, tidak memakai atau mengadaptasikan media terhadap siswa, tidak sekedar memakai media, tetapi harus memilih kriteria dan menggunakan media salah satu dasar pertimbangan pemilihan dan penggunaan media adalah ingin memberikan gambaran / penjelasan yang lebih kongkrit. Disamping hal tersebut di atas masih ada beberapa faktor yang perlu juga diperhatikan antara lain tujuan instruksional yang hendak dicapai, karakteristik siswa (sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan) dalam hubungan dengan kriteria pemilihan dan penggunaan media menurut pandangan Sadiman (1986 85) mengatakan “Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari pokok permasalahan bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan” Dengan demikian jelas, bahwa pemilihan dan penggunaan media sebaiknya tidak terlepas dari tujuan utamanya, yaitu bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional karena itu meskipun tujuan dari isinya sudah dikaitkan tetapi faktor-faktor karakteristik siswa strategi belajar mengajar alokasi waktu dari sumber perlu sekali dipertimbangkan. Jika dilihat dari pendapat di atas jelaslah penggunaan media dalam proses belajar mengajar dilakukan secara baik serta optimal akan membawa dampak positif terhadap guru dan siswa.

Baik demikian artikel mengenai Pengertian Media Pengajaran mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca! Terima kasih.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Teori Kebutuhan Maslow


Hirarki Kebutuhan Maslow
Teori Kebutuhan Maslow - Abraham Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian tingginya tingkat kepraktisan’s teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas banyak dari pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa memahami apa kata Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman mereka atau perilaku yang benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah dimasukkan ke dalam kata-kata.


Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah. Berikut ini lima tingkat kebutuhan menurut teori Maslow.

Kebutuhan Fisiologis
Teori kebutuhan Maslow yang pertama adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.

Kebutuhan Keamanan 
Teori kebutuhan Maslow yang berikutnya adalah ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.

Kebutuhan Cinta, Sayang dan Kepemilikan
Teori kebutuhan Maslow selanjutnya adalah kebutuhan sosial. Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.

Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.

Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tingkat kebutuhan terakhir adalah ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri. (Source : belajarpsikologi.com)

Sekilas mengenai profil Abraham Maslow

Abraham Maslow
Abraham Maslow lahir 1 April 1908 di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Ia awalnya kuliah di bidang hukum, sebelum akhirnya memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Winconsin. Ia memperoleh gelar PhD pada 1934. Maslow menjadi pelopor aliranpsikologi humanistik yang pada tahun 1950 hingga 1960-an. Ia dikenal sebagai “kekuatan ke-tiga” di samping teori Freud dan behaviorisme. Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjadi residentfellow untuk Laughlin Institute of California. Ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970.

Nah, itulah sekilas kutipan mengenai teori kebutuhan Maslow mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca, masih banyak sekali teori kebutuhan menurut ahli lain.

Kerennya Pribadi Bangsaku - Pancasila sebagai Manual Bangsa

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, alangkah baiknya kami ajak anda untuk menyimak video kreatif berikut ini.



Pembuat video ini (Produksi Komuni Aksi 2010) mendeskripsikan PANCASILA dalam aksi publikasi video "Kerennya Pribadi Bangsaku" secara kreatif, menarik dan mudah dipahami oleh siapa saja. Mungkin tehnik ini bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua di rumah, atau para pendidik di sekolah-sekolah. Mengapa Tidak?

***
Judul : "Kerennya Pribadi Bangsaku" (#02)
Konsep Cerita : Pena Adiadipura
Perekam Gambar : Deni "vilmer" Ganjar Nugraha
Penulis Nakah : Yaya Hidayati
Kamera : Dhoro "Impro" Muttakien
Narasi dan Penyunting Gambar : Rendra "Impro" Almatsier
Produksi : Komuni Aksi 2010
Alamat Situs : www.komuniaksi.org
 Sumber Visual : Youtube/ Uploaded by komuniaksi on Apr 30, 2011

Senin, 27 Agustus 2012

Jam Belajar Anak Indonesia Mengeksploitasi Anak

Anak Depresi













Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, mengatakan, jam belajar anak Sekolah Dasar (SD) di Indonesia mencapai 1.400 jam per tahun, melebihi standar jam belajar 800 jam per tahun yang telah ditetapkan UNESCO. ”Standar belajar UNESCO 800 jam per tahun untuk anak SD, sedangkan anak SD di Indonesia belajarnya mencapai 1.400 jam.
      Kejamnya luar biasa,” ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak yang akrab dipanggil Kak Seto, . Menurut dia, istilah wajib belajar sekarang ini salah. Mengenyam pendidikan bagi anak merupakan hak bukan kewajiban, justru yang wajib adalah pemerintah yang harus menyediakan tempat belajar yang menyenangkan. Dia mengatakan, seharusnya semua orang dapat membuat belajar itu terkait dengan pengalaman yang menyenangkan. ”Anak-anak pada dasarnya sejak kecil senang belajar. Yang membuat mereka tidak senang ya gara-gara sekolah itu dibuat jadi ‘susah’, PR-nya, kurikulumnya terlalu padat,” ujar dia. Oleh karena itu para orang tua dengan berbagai macam cara berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik sang anak.  Entah itu dengan memasukkan anak ke full day school,  les privat maupun bimbingan belajar  sampai menyita waktu bermain anak.
       Yang  jadi  masalah,  kita  belum  bisa  secara  efektif  &  efisien memaksimalkan metode belajar mengajar yang baik. Artinya,  secara kasar  dapat  kita  lakukan  bahwa  jam  belajar  yang  panjang  (seperti yang kita  terapkan selama  ini) bukanlah  jaminan seorang siswa akan menjadi  lebih pandai. Bahkan bisa  jadi sebaliknya,problema  murid  ini  juga  nggak  lepas  dari  masalah  pengajarnya. “memang  belum  ada  penelitian  yang  khusus  dan  mendalam.  Tapi , persoalan guru di Indonesia, juga harus dibenahi.
       Jika  kita mau meninjau  ulang  berbagai macam  usaha  untuk memajukan  pendidikan  di  negeri  ini,  semuanya  terpusat  pada “Bagaimana cara menggembleng siswa dan mencekoki siswa dengan materi‐materi  yang  sudah  ditetapkan  oleh  kurikulum  di  Negeri  ini. Semua berorientasi pada Kuantitas bukan Kualitas”.  Lalu, walaupun secara  kuantitas  jam  belajar  di  negeri  ini  melebihi  jam  belajar  di jepang atau perancis. Apakah kualitas dari proses pembelajaran yang berlangsung di Indonesia bisa dikatakan lebih baik dari kedua Negara tersebut?  Lalu  apakah  visi  pembelajaran  yang  dicanangkan  sudah tercapai? Lalu adakah faktor lain yang bisa mempengaruhi keefektifan proses  Kegiatan  Belajar  Mengajar? Padahal,  data  dari  UNESCO  menyebutkan  bahwa Jam belajar anak‐anak sekolah di  Indonesia mencapai 1.680  jam per tahun  untuk  SMP  dan  SMP  atau  42  jam  dalam  seminggu.
Bila dibandingkan dengan anak‐anak di  Jepang  jenjang yang  sama hanya memerlukan  waktu  30  jam  atau  32  jam  untuk  anak  sekolah  di perancis,  dua Negara yang  system pendidikannya diakui  cukup baik di dunia. Di Australia jam belajarnya malah hanya 25 jam.    Bisa  dibayangkan  betapa  besar  tekanan  yang  di  alami  siswa dengan  banyaknya  beban  serta  tuntutan  yang mereka  emban  baik dari orang tua, guru maupun lingkungan sekitar. Siswa dituntut untuk belajar  dengan  waktu  yang  lama  yaitu  42  jam  dalam  seminggu bahkan  jam  belajar  itu  melebihi  jam  belajar  2  negara  yang  sistem pendidikannya  diakui  cukup  baik  di  dunia.  Lalu  pertanyaan  yang muncul  adalah  apakah  hasil  yang  dicapai  system  pendidikan  di Indonesia  bisa maksimal dan bisa melebihi ke 2 negara tersebut? Sisi positif  dari  ‘belajar  lama’  ini mungkin  saja  ada, namun  tak  begitu  kelihatan.  Yang  ‘kelihatan’ malah  sisi  kelemahan kita.  Sebut  saja,  katanya,  jika  diambil  rata‐rata  kemampuan intelektual siswa Indonesia dari SD sampai SMA disbanding anak‐anak Negara  lain  yang  menerapkan  jam  belajar  yang  lebih  pendek, misalnya  jepang  atau  perancis.  “Apakah  anak‐anak  Indonesia  lebih berkualitas secara rata‐rata? Rasanya tidak. Atau jika Negara tetangga seperti  Singapura,  kita  juga masih  kalah.  Apakah  kita  lebih  bodoh? . Gurupun  juga tidak kalah  takutnya.
      Para guru sangat ditekan oleh  tuntutan kurikulum yang padat dalam waktu yang singkat. Para guru   dituntut  untuk  menyampaikan  banyak  materi  dengan  cepat, melakukan  evaluasi  permateri  dan  belum  lagi  untuk  memenuhi tuntutan  kelulusan  juga  kewajiban  secara  tidak  langsung  untuk menjaga  reputasi  sekolah.  Dan  tentunya  guru  akan  semakin  intens menggembleng  siswa  walau  harus  dengan  menambah  jam  belajar siswa  di  sekolah.

Sumber : http://pakdzul.wordpress.com

Selasa, 14 Februari 2012

Asal Usul Hari Valentine


Katakan Tidak untuk  Valentine's Day


Jutaan orang bertukar kartu cinta, kado spesial, hingga pesan cinta sebagai simbol perayaan Valentine yang jatuh setiap 14 Februari. Mereka memaknai Valentine sebagai hari kasih sayang.

Hari yang dirayakan sebagai simbol kasih sayang ini bermula dari Festival Lupercalia yang berlangsung di jaman kerajaan Romawi, sekitar abad ke-3. Festival yang berlangsung setiap 13-18 Februari ini diawali dengan persembahan untuk dewi cinta Juno Februata. Tepat pada 14 Februari, para pemuda akan mengundi nama-nama gadis dari dalam kotak kaca. Gadis yang terpilih akan menjadi pasangannya selama setahun untuk kesenangan dan objek hiburan. Sehari kemudian, mereka akan meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan makhluk jahat. Saat itu, para pemuda akan melecut para gadis dengan kulit binatang. Mereka percaya lecutan itu akan meningkatkan kesuburan para gadis. Festival iti tak jarang membuat banyak pasangan saling jatuh cinta, berpacaran, dan akhirnya menikah. Dalam perkembangannya, penguasa dan para tokoh agama setempat mengadopsi upacara ini dengan nuansa Kristiani seiring masuknya Kristen Katolik sebagai agama kerajaan.

Saat Romawi terlibat peperangan, efek festival itu membuat Kaisar Claudius II, yang berkuasa saat itu, kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat pasukan perangnya. Banyak pemuda yang berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Atas kondisi itu, Claudius II akhirnya memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Kebijakan ini rupanya mendapat pertentangan dari salah satu pastor setempat bernama Valentine. Konon, Claudius II pun murka melihat Valentine diam-diam tetap menikahkan pasangan yang jatuh cinta. Sang kaisar segera memerintahkan pengawal kerajaan untuk menangkap Valentine dan memenggalnya. Valentine meninggal tepat 14 Februari tahun 270 Masehi. Demi mengenang perjuangan Santo Valentine, tokoh agama mengganti nama festival Lupercalia dengan festival Valentine. Dalam perkembangannya, 14 Februari menjadi momentum sakral bagi para pria untuk memilih gadis yang hendak dijadikan pasangan hidupnya. Meski tak diketahui apakah legenda ini benar atau tidak, tapi ini adalah penjelasan yang tepat versi Kristen atas yang terjadi pada Lupercalia.

Di kehidupan modern, Valentine diabadikan sebagai hari kasih sayang. Di Amerika Serikat, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal oleh Esther A Howland pada 1847. Di Jepang, Valentine dianggap sebagai hari saat para wanita memberi permen cokelat untuk pria yang mereka senangi. Sementara di Indonesia, budaya semacam itu juga mulai menjamur terutama di kalangan anak muda. Banyak pusat perbelanjaan dan kafe yang menghias tempat mereka dengan warna pink. Cokelat dan kartu-kartu Valentine bertuliskan kata-kata cinta juga kian diminati, terutama di kota-kota besar. Tapi tak berarti hari-hari di luar tanggal 14 Februari bukan hari yang penuh dengan kasih sayang. Toh kasih sayang selalu ada kapan saja, tak hanya di hari Valentine semata.Semoga menambah wawasan kita semua.

Sumber artikel Unik dan Terupdate www.dunia-unik.com

Minggu, 12 Februari 2012

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2012

Pada hari Sabtu, 11 Februari 2012 keluarga besar SD Negeri 3 Megawon mengadakan pengajian dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan pengajian ini diikuti oleh seluruh warga sekolah yang beragama Islam. Sedangkan yang bertindak sebagai Mauidhoh Hasanah (Penceramah) adalah Bapak H. Abdullah Faqih S.Ag. Untuk album foto peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW edisi tahun 2012 dapat dilihat di sini.




































Jumat, 10 Februari 2012

Kunjungan Mahasiswa KKN Tim I Tahun 2012 Universitas Diponegoro Semarang


Pada tahun 2012, Universitas Diponegoro Semarang menerjunkan 3.113 mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas yaitu Fakultas Teknik, Hukum, Ilmu Budaya, ISIP, MIPA, Peternakan, Ekonomika dan Bisnis, Perikanan dan Ilmu Kelautan, Kesehatan Masyarakat, dan Psikologi untuk melaksanakan Program KKN Tim I Tahun 2012. Program KKN TIM I Tahun 2012 mengambil tema Kesehatan, UKM dan Potensi Unggulan ini dilaksanakan di 4 kabupaten yaitu Kabupaten Temanggung, Semarang, Kudus dan Jepara dan dilaksanakan mulai tanggal 19 Januari s.d. 23 Februari 2012.

Untuk yang di Kabupaten Kudus terutama yang berada di Desa Megawon Kecamatan Jati, dikoordinatori oleh Mas Rizky. Pada akhir Januari dan awal Feberuari para mahasiswa KKN Tim I Undip ini mengadakan kunjungan pembelajaran ke SD Negeri 3 Megawon. Dalam kunjungannya ini para mahasiswa mengadakan kerja sama dengan pihak SD 3 Megawon terutama dalam proses pembelajaran. Di mana para mahasiswa mengadakan micro teaching kepada siswa-siswi kelas 3 dan kelas 5. Untuk kelas 3, Mas Dimas yang berasal dari Fisip menyampaikan konsep tentang pendidikan berkewarganegaraan. Sedangkan untuk kelas 5, Mas Gani yang FMIPA Geologi menularkan ilmu tentang bebatuan kepada anak-anak. Untuk album foto kunjungan mahasiswa KKN Tim I Universitas Diponegoro Semarang dapat dilihat di sini.


Kamis, 09 Februari 2012

Pengertian Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa: pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.


Pandangan lain yang sejalan dengan hal tersebut adalah yang dikemukakan oleh Ali (1992) bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi, pendekatan, prinsip-prinsip dari metode pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif.


Berdasarkan kedua batasan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran adalah merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dengan siswa dengan menjalin komunikasi edukatif dengan menggunakan strategi-strategi, pendekatan, prinsip dan metode tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembeljaaran yang efektif dan efisien berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan optimal sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan optimal pula.


Efektivitas pembelajaran dapat tercapai sangat tergantung dari kemampuan guru untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat proses belajar, yaitu proses terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, informasi, kemampuan dan keterampilan yang sifatnya permanent melalui pengalaman.


Jadi, proses pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang menjadi inti dari kegiatan transfer of knowledge dan transfer of action dari guru kepada siswa di sekolah. Secara sederhana proses pembelajaran adalah merupakan interaksi antara guru dengan siswa secara langsung dalam kelas, dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi dari guru kepada siswa.


Selain unsur interaksi, dan transfer pengetahuan dan sikap, secara umum kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Jika ditinjau dari segi etimologisnya ”belajar” berasal dari kata “ajar” yang berarti memberi pelajaran. Jadi belajar adalah upaya untuk mendapatkan suatu perubahan. Secara khusus pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2003) yaitu: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut mengandung pemahaman bahwa belajar berarti bukan hanya sekedar pengetahaun tentang fakta-fakta, melainkan sekaligus terjadi suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar tersebut. Selain pandangan Slameto pandangan lain dikemukakan oleh Sardiman (1992), bahwa belajar adalah ‘berubah yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan lebih khusus adalah berubah terhadap tingkah laku.


Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas individu yang berkelanjutan melalui kegiatan dan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada individu, baik sikap maupun prilakunya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, kemahiran, keterampilan, kepribadian, sikap, kebiasaan yang akhirnya mampu untuk melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik.


Menurut Suryosubroto (1988) belajar jika ditinjau dari spek hukum pertautan adalah “hubungan antara perangsang dan reaksi tingkah laku. Dengan demikian maka proses belajar adalah merupakan suatu proses dimana terjadi suatu ransangan dari seseorang yang akan ditanggapi berupa reaksi terhadap ransangan tersebut berupa tingkah laku yang akan berubah sedemikian rupa sesuai dengan perubahan ransangan yang diperolehnya. Jadi, proses belajar adalah merupakan proses asosiasi atau hubungan dan pertautan antara ransangan dan respon dari seseorang kepada orang lain yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan. Dengan demikian, maka hasil dari belajar itu adalah perubahan yang terjadi dari seseorang yang tleah mengikuti proses belajar.

Kunjungan Wisata Industri ke Pabrik Kacang Dua Kelinci

Hari Rabu, 8 Februari 2012 siswa-siswi SD Negeri 3 Megawon mengadakan kunjungan wisata industri ke perusahaan kacang PT Dua Kelinci yang berlokasi di wilayah Kabupaten Pati. PT Dua Kelinci sebagai pabrik makanan terbesar di Kabupaten Pati dan sekitarnya membuka layanan wisata industri bagi masyarakat yang ingin mengetahui fasilitas pabrik dan proses produksi hingga siap dikonsumsi.

"Sebetulnya sejak lama kami membuka kunjungan masyarakat yang ingin mengetahui proses pembuatan kacang merek 'Dua Kelinci' dan produk lainnya," kata Presiden Direktur PT Dua Kelinci, Hadi Sutiono.

Selama setahun terakhir, katanya, PT Dua Kelinci menerima kunjungan masyarakat berasal dari sejumlah daerah di Tanah Air. Jumlah mereka yang telah berkunjung ke pabrik itu, katanya, mencapai ribuan orang.

"Kunjungan tidak terbatas dari institusi pendidikan, tetapi masyarakat umum juga boleh melakukan kunjungan," ujarnya.

Bahkan, lanjut Hadi, jumlah pengunjung gerai Kacang Dua Kelinci selama setahun bisa mencapai kira-kira seratus ribu orang.

Dalam kunjungan tersebut berlangsung di bawah arahan pemandu wisata dari perusahaan tersebut. Pengunjung selain disuguhi tayangan film animasi di ruang movie theatre, juga diajak berkeliling pabrik melihat-lihat proses pembuatan kacang garing. Mulai dari pencucian, pengeringan sampai pengemasan. Semua acara berjalan di bawah panduan para pemandu wisata. Tapi sayang dalam lingkungan pabrik, para pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar. Namun untuk yang di luar lokasi pabrik pengunjung bebas mengambil gambar. Mengenai album kunjungan wisata industri ke PT Dua Kelinci dapat dilihat di sini. Atau klik di sini.