Lokasi Indonesia berkaitan erat dengan keadaan iklim Indonesia. Ciri utama iklim Indonesia adalah suhu udara tinggi sepanjang tahun (rata-rata 26°C), curah hujan tinggi, dan penyinaran matahari tinggi sepanjang tahun. Hal itu tampak pada bentuk perumahan, pakaian, dan mata pencaharian penduduk.
Iklim
di dunia termasuk Indonesia cenderung berubah dari masa lalu dengan keadaan
sekarang. Perubahan iklim terjadi karena iklim memiliki unsur-unsur yang saling
berinteraksi, seperti suhu, tekanan udara, kecepatan angin, dan kelembapan.
Unsur tersebut termasuk unsur cuaca yang saling berinteraksi satu sama lain di
atmosfer dan menyebabkan perubahan iklim.
Perubahan
iklim terjadi juga karena perkembangan jumlah penduduk bumi yang menyebabkan
perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan terjadi karena pembukaan lahan,
industrialisasi, transportasi, dan pemukiman. Hal ini menyebabkan kawasan
terbuka dan hutan yang menjadi resapan air semakin berkurang, bahkan menjadi
kawasan pemukiman dengan gedung beton bertingkat sehingga terjadi pemanasan
suhu kota, seperti kota Bandung dan Malang. Karena cuaca sangat kompleks,
ketelitian ramalan cuaca sulit tercapai dengan baik. Penguapan terjadi karena
pemanasan dan menyebabkan suhu udara panas kemudian ditiup angin dan pada
ketinggian tertentu mengalami proses kondensasi hingga terjadi hujan di darat
atau laut.
Perubahan
musim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pergerakan angin muson (musim), yang
terjadi sebagai akibat gerakan semu tahunan matahari. Muson berasal dari
istilah monsun sebagai objek kajian dalam ilmu iklim (klimatologi). Monsun
(moonson) berasal dari bahasa Arab, yaitu musim yang artinya musim dalam bahasa
Indonesia. Pada awalnya, angin muson dipahami sebagai tiupan angin laut selama
enam bulan, kemudian berubah arah. Dewasa ini diartikan
sebagai angin musim. Jadi, bila muncul istilah angin musim, angin muson, dan
angin monsun sama artinya.
Daerah
muson meliputi wilayah garis lintang 35° LU—25° LS dan garis bujur 35° BB—170°
BT. Di daerah muson sebagai daerah tempat sirkulasi atmosfer permukaan terjadi
pembelokan angin utama dan kecepatan angin utama paling sedikit tiga meter per
detik. Sirkulasi muson ini menandai daerah-daerah di mana pembalikan musiman
dalam arah angin menyebabkan musim panas yang basah (hujan) dan musim dingin
yang kering (kemarau).
1.
Bulan Hujan di Indonesia
Pada
September-April matahari berada di selatan belahan bumi (kawasan Benua
Australia) sehingga suhu udara tinggi dan tekanan udara rendah. Pada
Desember, Januari, dan Februari terjadi musim dingin di belahan bumi utara
(kawasan Benua Asia) sehingga di kawasan ini suhu udara rendah dan tekanan
udara tinggi. Sesuai hukum Boys Ballot, massa udara di daerah bertekanan
tinggi mengalir ke massa udara di daerah bertekanan rendah dan
berbelok ke arah kanan di daerah khatulistiwa.
Angin
bertiup dari kutub utara melalui khatulistiwa menuju kutub selatan, yang
disebut angin muson. Angin muson ini dikenal secara luas dengan sebutan
angin muson barat. Angin ini melewati Indonesia, daerah
khatulistiwa, dan mengalami pembelokan hingga disebut angin muson barat
laut karena arahnya datang dari barat laut.
Pada
saat musim dingin, di belahan bumi utara tekanan udaranya tinggi,
bertekanan 759 mm, sedangkan belahan bumi selatan bertekanan 756 mm. Hal ini
menyebabkan terjadinya angin musim barat, di Indonesia disebut sebagai angin musim
barat daya. Angin musim barat ini melewati wilayah laut yang luas sehingga
banyak membawa uap air. Kemudian, menjadi hujan di Pulau Kalimantan,
Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Musim hujan ini terjadi antara Oktober-Maret
(hujan puncaknya pada Desember).
Curah
hujan semakin tinggi bila terjadi angin La Nina. Peristiwa La Nina terjadi
ketika angin pasat berembus dengan keras dan terus-menerus melintasi
Samudra Pasifik menuju Australia. Angin tersebut mendorong air hangat
menuju Australia dibanding biasanya. Akibatnya, semakin banyak
awan yang terkonsentrasi menyebabkan banyak turun hujan di
Australia, Samudra Pasifik, dan Indonesia.
Pola
musim hujan di Indonesia dapat dibedakan menjadi pola muson, pola
ekuatorial, dan pola lokal. Wilayah pola hujan dapat dilihat pada Gambar
1.8. Pola muson dipengaruhi oleh angin lautdan darat yang sangat luas, dengan
ciri adanya perbedaan jelas antara curah hujan pada musim hujan dan
kemarau dalam satu tahun. Hujan terjadi pada awal dan akhir tahun,
terdapat di wilayah Lampung, Jawa, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Pola
ekuatorial berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke utara dan selatan
mengikuti pergerakan semu matahari, dengan ciri dua kali maksimum curah
hujan bulanan dalam setahun. Terdapat di wilayah Sumatra (kecuali
Lampung), Kalimantan (kecuali Kalimantan Selatan), dan Papua.
Pola
lokal dipengaruhi oleh kondisi setempat. Faktor pembentukannya adalah
naiknya udara menuju dataran tinggi atau pegunungan serta pemanasan
setempat yang seimbang. Hujan terjadi karena kondisi setempat memengaruhi
unsur-unsur cuaca. Keadaan ini terdapat di daerah Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah, dan Maluku.
Curah
hujan pada ketiga pola hujan sangat berbeda dan paling tinggi secara
rata-rata adalah pola hujan ekuatorial kemudian pola lokal dan di daerah
pola muson. Di daerah muson terjadi curah hujan rendah. Akibatnya pada
musim kemarau di daerah ini sangat parah.
Setiap
daerah memiliki pola curah hujan yang berbeda antardaerah, misalnya curah
hujan di Bogor berbeda dengan curah hujan di Indramayu walaupun masih
termasuk satu Provinsi Jawa Barat. Jadi, pada pola hujan seperti diuraikan
di atas dapat terjadi dua pola hujan di suatu wilayah provinsi.
2.
Bulan Musim Kemarau di Indonesia
Pada
April-September matahari berada di sebelah utara belahan bumi atau di Benua
Asia sehingga suhu udara di kawasan ini tinggi dan tekanan udara rendah.
Sementara pada Juni, Juli, dan Agustus terjadi musim dingin di belahan
bumi selatan (Benua Australia suhu udara rendah dan tekanan udara tinggi).
Massa udara di belahan bumi selatan (kawasan Australia) bergerak menuju
belahan bumi utara melalui khatulistiwa atau disebut angin muson timur dan
mengalami pembelokan hingga disebut angin muson tenggara.
Pada
waktu musim dingin, belahan bumi selatan bersamaan dengan kedudukan matahari
di belahan bumi utara tekanan udara di Australia adalah 759 mm, sedangkan
tekanan udara di Asia (Malaka) 756 mm. Hal ini menyebabkan bertiup angin
musim timur di Indonesia yang dikenal dengan angin musim tenggara. Angin
muson ini melewati gurun yang luas dan kering di Australia hingga tak
banyak menjatuhkan hujan di Indonesia.
Pada
periode ini dikenal dengan musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia,
terutama Pulau Jawa. Musim kemarau semakin parah bila muncul El Nino. El Nino
menyebabkan kekeringan dan jarang turun hujan. El Nino merupakan gejala alam
yang muncul setiap 3-5 tahun sekali. Penyimpangan cuaca dunia ditunjukkan
dengan naiknya suhu permukaan air laut di ekuator Pasifik. Peningkatan suhu
berkisar 3oC. April-September merupakan musim kemarau, seperti di Kepulauan
Nusa Tenggara, Jawa, sebagian wilayah Sumatra, sebagian Kalimantan, dan
sebagian Sulawesi. Hal ini berkaitan dengan pola hujan yang terdapat di wilayah
itu.