TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA. KOMENTAR ANDA MERUPAKAN KEHORMATAN BAGI KAMI.
Komentar, masukan, ide, dan gagasan Anda sangat kami butuhkan di sini. Demi majunya kegiatan belajar mengajar SD kami. Utamanya untuk meningkatkan prestasi belajar para peserta didik kami. Salam untuk orang-orang yang dekat di hati Anda. Mari bersama kita tingkatkan mutu pendidikan di Indonesia!

Sabtu, 13 Oktober 2012

Kerennya Pribadi Bangsaku - Pancasila sebagai Manual Bangsa

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, alangkah baiknya kami ajak anda untuk menyimak video kreatif berikut ini.



Pembuat video ini (Produksi Komuni Aksi 2010) mendeskripsikan PANCASILA dalam aksi publikasi video "Kerennya Pribadi Bangsaku" secara kreatif, menarik dan mudah dipahami oleh siapa saja. Mungkin tehnik ini bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua di rumah, atau para pendidik di sekolah-sekolah. Mengapa Tidak?

***
Judul : "Kerennya Pribadi Bangsaku" (#02)
Konsep Cerita : Pena Adiadipura
Perekam Gambar : Deni "vilmer" Ganjar Nugraha
Penulis Nakah : Yaya Hidayati
Kamera : Dhoro "Impro" Muttakien
Narasi dan Penyunting Gambar : Rendra "Impro" Almatsier
Produksi : Komuni Aksi 2010
Alamat Situs : www.komuniaksi.org
 Sumber Visual : Youtube/ Uploaded by komuniaksi on Apr 30, 2011

Senin, 27 Agustus 2012

Jam Belajar Anak Indonesia Mengeksploitasi Anak

Anak Depresi













Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, mengatakan, jam belajar anak Sekolah Dasar (SD) di Indonesia mencapai 1.400 jam per tahun, melebihi standar jam belajar 800 jam per tahun yang telah ditetapkan UNESCO. ”Standar belajar UNESCO 800 jam per tahun untuk anak SD, sedangkan anak SD di Indonesia belajarnya mencapai 1.400 jam.
      Kejamnya luar biasa,” ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak yang akrab dipanggil Kak Seto, . Menurut dia, istilah wajib belajar sekarang ini salah. Mengenyam pendidikan bagi anak merupakan hak bukan kewajiban, justru yang wajib adalah pemerintah yang harus menyediakan tempat belajar yang menyenangkan. Dia mengatakan, seharusnya semua orang dapat membuat belajar itu terkait dengan pengalaman yang menyenangkan. ”Anak-anak pada dasarnya sejak kecil senang belajar. Yang membuat mereka tidak senang ya gara-gara sekolah itu dibuat jadi ‘susah’, PR-nya, kurikulumnya terlalu padat,” ujar dia. Oleh karena itu para orang tua dengan berbagai macam cara berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik sang anak.  Entah itu dengan memasukkan anak ke full day school,  les privat maupun bimbingan belajar  sampai menyita waktu bermain anak.
       Yang  jadi  masalah,  kita  belum  bisa  secara  efektif  &  efisien memaksimalkan metode belajar mengajar yang baik. Artinya,  secara kasar  dapat  kita  lakukan  bahwa  jam  belajar  yang  panjang  (seperti yang kita  terapkan selama  ini) bukanlah  jaminan seorang siswa akan menjadi  lebih pandai. Bahkan bisa  jadi sebaliknya,problema  murid  ini  juga  nggak  lepas  dari  masalah  pengajarnya. “memang  belum  ada  penelitian  yang  khusus  dan  mendalam.  Tapi , persoalan guru di Indonesia, juga harus dibenahi.
       Jika  kita mau meninjau  ulang  berbagai macam  usaha  untuk memajukan  pendidikan  di  negeri  ini,  semuanya  terpusat  pada “Bagaimana cara menggembleng siswa dan mencekoki siswa dengan materi‐materi  yang  sudah  ditetapkan  oleh  kurikulum  di  Negeri  ini. Semua berorientasi pada Kuantitas bukan Kualitas”.  Lalu, walaupun secara  kuantitas  jam  belajar  di  negeri  ini  melebihi  jam  belajar  di jepang atau perancis. Apakah kualitas dari proses pembelajaran yang berlangsung di Indonesia bisa dikatakan lebih baik dari kedua Negara tersebut?  Lalu  apakah  visi  pembelajaran  yang  dicanangkan  sudah tercapai? Lalu adakah faktor lain yang bisa mempengaruhi keefektifan proses  Kegiatan  Belajar  Mengajar? Padahal,  data  dari  UNESCO  menyebutkan  bahwa Jam belajar anak‐anak sekolah di  Indonesia mencapai 1.680  jam per tahun  untuk  SMP  dan  SMP  atau  42  jam  dalam  seminggu.
Bila dibandingkan dengan anak‐anak di  Jepang  jenjang yang  sama hanya memerlukan  waktu  30  jam  atau  32  jam  untuk  anak  sekolah  di perancis,  dua Negara yang  system pendidikannya diakui  cukup baik di dunia. Di Australia jam belajarnya malah hanya 25 jam.    Bisa  dibayangkan  betapa  besar  tekanan  yang  di  alami  siswa dengan  banyaknya  beban  serta  tuntutan  yang mereka  emban  baik dari orang tua, guru maupun lingkungan sekitar. Siswa dituntut untuk belajar  dengan  waktu  yang  lama  yaitu  42  jam  dalam  seminggu bahkan  jam  belajar  itu  melebihi  jam  belajar  2  negara  yang  sistem pendidikannya  diakui  cukup  baik  di  dunia.  Lalu  pertanyaan  yang muncul  adalah  apakah  hasil  yang  dicapai  system  pendidikan  di Indonesia  bisa maksimal dan bisa melebihi ke 2 negara tersebut? Sisi positif  dari  ‘belajar  lama’  ini mungkin  saja  ada, namun  tak  begitu  kelihatan.  Yang  ‘kelihatan’ malah  sisi  kelemahan kita.  Sebut  saja,  katanya,  jika  diambil  rata‐rata  kemampuan intelektual siswa Indonesia dari SD sampai SMA disbanding anak‐anak Negara  lain  yang  menerapkan  jam  belajar  yang  lebih  pendek, misalnya  jepang  atau  perancis.  “Apakah  anak‐anak  Indonesia  lebih berkualitas secara rata‐rata? Rasanya tidak. Atau jika Negara tetangga seperti  Singapura,  kita  juga masih  kalah.  Apakah  kita  lebih  bodoh? . Gurupun  juga tidak kalah  takutnya.
      Para guru sangat ditekan oleh  tuntutan kurikulum yang padat dalam waktu yang singkat. Para guru   dituntut  untuk  menyampaikan  banyak  materi  dengan  cepat, melakukan  evaluasi  permateri  dan  belum  lagi  untuk  memenuhi tuntutan  kelulusan  juga  kewajiban  secara  tidak  langsung  untuk menjaga  reputasi  sekolah.  Dan  tentunya  guru  akan  semakin  intens menggembleng  siswa  walau  harus  dengan  menambah  jam  belajar siswa  di  sekolah.

Sumber : http://pakdzul.wordpress.com

Selasa, 14 Februari 2012

Asal Usul Hari Valentine


Katakan Tidak untuk  Valentine's Day


Jutaan orang bertukar kartu cinta, kado spesial, hingga pesan cinta sebagai simbol perayaan Valentine yang jatuh setiap 14 Februari. Mereka memaknai Valentine sebagai hari kasih sayang.

Hari yang dirayakan sebagai simbol kasih sayang ini bermula dari Festival Lupercalia yang berlangsung di jaman kerajaan Romawi, sekitar abad ke-3. Festival yang berlangsung setiap 13-18 Februari ini diawali dengan persembahan untuk dewi cinta Juno Februata. Tepat pada 14 Februari, para pemuda akan mengundi nama-nama gadis dari dalam kotak kaca. Gadis yang terpilih akan menjadi pasangannya selama setahun untuk kesenangan dan objek hiburan. Sehari kemudian, mereka akan meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan makhluk jahat. Saat itu, para pemuda akan melecut para gadis dengan kulit binatang. Mereka percaya lecutan itu akan meningkatkan kesuburan para gadis. Festival iti tak jarang membuat banyak pasangan saling jatuh cinta, berpacaran, dan akhirnya menikah. Dalam perkembangannya, penguasa dan para tokoh agama setempat mengadopsi upacara ini dengan nuansa Kristiani seiring masuknya Kristen Katolik sebagai agama kerajaan.

Saat Romawi terlibat peperangan, efek festival itu membuat Kaisar Claudius II, yang berkuasa saat itu, kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat pasukan perangnya. Banyak pemuda yang berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Atas kondisi itu, Claudius II akhirnya memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Kebijakan ini rupanya mendapat pertentangan dari salah satu pastor setempat bernama Valentine. Konon, Claudius II pun murka melihat Valentine diam-diam tetap menikahkan pasangan yang jatuh cinta. Sang kaisar segera memerintahkan pengawal kerajaan untuk menangkap Valentine dan memenggalnya. Valentine meninggal tepat 14 Februari tahun 270 Masehi. Demi mengenang perjuangan Santo Valentine, tokoh agama mengganti nama festival Lupercalia dengan festival Valentine. Dalam perkembangannya, 14 Februari menjadi momentum sakral bagi para pria untuk memilih gadis yang hendak dijadikan pasangan hidupnya. Meski tak diketahui apakah legenda ini benar atau tidak, tapi ini adalah penjelasan yang tepat versi Kristen atas yang terjadi pada Lupercalia.

Di kehidupan modern, Valentine diabadikan sebagai hari kasih sayang. Di Amerika Serikat, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal oleh Esther A Howland pada 1847. Di Jepang, Valentine dianggap sebagai hari saat para wanita memberi permen cokelat untuk pria yang mereka senangi. Sementara di Indonesia, budaya semacam itu juga mulai menjamur terutama di kalangan anak muda. Banyak pusat perbelanjaan dan kafe yang menghias tempat mereka dengan warna pink. Cokelat dan kartu-kartu Valentine bertuliskan kata-kata cinta juga kian diminati, terutama di kota-kota besar. Tapi tak berarti hari-hari di luar tanggal 14 Februari bukan hari yang penuh dengan kasih sayang. Toh kasih sayang selalu ada kapan saja, tak hanya di hari Valentine semata.Semoga menambah wawasan kita semua.

Sumber artikel Unik dan Terupdate www.dunia-unik.com

Minggu, 12 Februari 2012

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2012

Pada hari Sabtu, 11 Februari 2012 keluarga besar SD Negeri 3 Megawon mengadakan pengajian dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan pengajian ini diikuti oleh seluruh warga sekolah yang beragama Islam. Sedangkan yang bertindak sebagai Mauidhoh Hasanah (Penceramah) adalah Bapak H. Abdullah Faqih S.Ag. Untuk album foto peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW edisi tahun 2012 dapat dilihat di sini.




































Jumat, 10 Februari 2012

Kunjungan Mahasiswa KKN Tim I Tahun 2012 Universitas Diponegoro Semarang


Pada tahun 2012, Universitas Diponegoro Semarang menerjunkan 3.113 mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas yaitu Fakultas Teknik, Hukum, Ilmu Budaya, ISIP, MIPA, Peternakan, Ekonomika dan Bisnis, Perikanan dan Ilmu Kelautan, Kesehatan Masyarakat, dan Psikologi untuk melaksanakan Program KKN Tim I Tahun 2012. Program KKN TIM I Tahun 2012 mengambil tema Kesehatan, UKM dan Potensi Unggulan ini dilaksanakan di 4 kabupaten yaitu Kabupaten Temanggung, Semarang, Kudus dan Jepara dan dilaksanakan mulai tanggal 19 Januari s.d. 23 Februari 2012.

Untuk yang di Kabupaten Kudus terutama yang berada di Desa Megawon Kecamatan Jati, dikoordinatori oleh Mas Rizky. Pada akhir Januari dan awal Feberuari para mahasiswa KKN Tim I Undip ini mengadakan kunjungan pembelajaran ke SD Negeri 3 Megawon. Dalam kunjungannya ini para mahasiswa mengadakan kerja sama dengan pihak SD 3 Megawon terutama dalam proses pembelajaran. Di mana para mahasiswa mengadakan micro teaching kepada siswa-siswi kelas 3 dan kelas 5. Untuk kelas 3, Mas Dimas yang berasal dari Fisip menyampaikan konsep tentang pendidikan berkewarganegaraan. Sedangkan untuk kelas 5, Mas Gani yang FMIPA Geologi menularkan ilmu tentang bebatuan kepada anak-anak. Untuk album foto kunjungan mahasiswa KKN Tim I Universitas Diponegoro Semarang dapat dilihat di sini.