Meskipun ritual pramuka umumnya dihelat setiap Agusutus, sesuai dengan hari kepanduan (nasional), tetapi akhir Januari 2011 ini tepatnya pada hari Sabtu 29 Januari 2011, ternyata ada kegiatan pramuka. Kegiatan pramuka yang diprakarsai oleh Kwartir Ranting (Kwaran) Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng) itu kali ini mengkhususkan bagi pramuka siaga. Boleh jadi karena pramuka siaga lebih didominasi oleh peserta didik sekolah dasar (SD) kelas-kelas rendah, maka kegiatan yang digelar di lingkungan Museum Kretek, Jalan Getas Pejaten, Jati, Kudus, itu dikemas dalam bentuk pesta. Maka, diusunglah sebuah tema, ”Dengan Pesta Siaga 2011, Satu Hati Berbagi Rasa Siaga Ceria”.
Tema yang diusung itu menelurkan berbagai aktivitas pendidikan karakter, yang dikemas penyelenggara secara praktis dan kontekstual. Ada sepuluh kegiatan inti. Kegiatan itu di antaranya adalah lumbung kemanusiaan, lumbung kepribadian, lumbung kepramukaan, lumbung pembauan/penciuman, lumbung keagamaan, dan taman yel-yel. Kesepuluh kegiatan inti yang mengarah ke pendidikan karakter itu harus diikuti oleh seluruh peserta, yang jumlahnya mencapai kurang lebih 128 barung. Yang terdiri atas, 64 barung putra dan 64 barung putri. Setiap barung beranggotakan sepuluh anak. Semua peserta berasal dari SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di wilayah Kwaran Kecamatan Jati.
Meskipun di lingkungan Museum Kretek masih banyak dijumpai tanaman yang besar-besar dengan rerimbun daun, terik matahari boleh dibilang cukup menyengat tubuh para peserta. Karena, sejak pagi ketika pembukaan pesta siaga berlangsung hingga berita ini ditulis, tidak hujan, seperti hari-hari sebelumnya. Lokasi lumbung yang diatur secara saling berjauhan (satu dengan yang lain) menuntut para peserta harus hilir mudik ke sana ke mari. Misalnya, barung tertentu telah menyelesaikan tugas di lumbung kepribadian, barung itu kemudian harus menuju ke lumbung yang lain yang belum diikuti, dan bertugas untuk menyelesaikannya. Meski demikian, masih terlihat ceria paras anak-anak dalam mengikuti berbagai kegiatan itu.
Yang menarik, sebuah pendidikan karakter yang praktis dan kontekstual barangkali dapat dilihat di lumbung kemanusiaan dan penciuman. Di lumbung kemanusiaan, misalnya, para peserta diajak untuk turut berperan nyata dalam membantu korban bencana, yang hampir sering dijumpai di negeri pertiwi ini. Caranya, para peserta memasukkan uang, koin kemanusiaan (bukan ”koin untuk presiden”) meski ada juga yang ribuan kertas, ke tempat yang telah disediakan. Melalui sesi ini anak-anak dididik untuk memiliki sikap peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, khususnya korban bencana alam. Yang, harus kita akui bersama bahwa sikap-sikap humanis semacam itu telah demikian menipis dalam kehidupan bermasyarakat. Maka, penting kiranya mendukung gerakan kemanusian yang dibiakkan melalui kegiatan-kegiatan kolektif, semacam di kepanduan itu.
Di lumbung penciuman/pembauan, para peserta dididik untuk mengenal lebih dekat tanaman obat. Dengan cara mencium salah satu rempah-rempah/tanaman obat, peserta dituntut untuk dapat mengetahui tanaman obat apa, berguna untuk penyakit apa, dan bagaimana cara memanfaatkannya, bahkan cara menanamnya. Sesi ini sungguh penting bagi anak-anak yang terutama hidup di wilayah pedesaan, yang jauh dari apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Pengenalan obat-obat kategori herbal ini akan sangat menolong, barangkali sebagai tindakan awal, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Menjadi ajang yang menarik juga karena melalui pesta siaga itu anak-anak dari berbagai sekolah dapat bertemu dalam satu aktivitas. Mereka pada akhirnya mengenal satu dengan yang lain. Sikap hormat-menghormati pun dapat ditumbuhkan. Bahkan, anak-anak dapat saling belajar satu dengan yang lain. Menciptakan wahana belajar lintas sekolah yang demikian sangat memperkaya pengetahuan peserta didik.
Kegiatan yang dipusatkan di lingkungan Museum Kretek ini, berarti juga mendekatkan fakta budaya (lokal) kepada generasi penerus. Para peserta yang sama sekali belum pernah berkunjung ke Museum Kretek, salah satu objek wisata budaya, akhirnya mengenal keberadaan Museum Kretek.
Museum Kretek adalah nama sebuah museum yang terletak di Kudus, Jawa Tengah. Museum kretek didirikan bertujuan untuk menunjukkan bahwa kretek berkembang sangat pesat di Jawa khususnya di Kota Kudus. Di museum ini diperkenalkan mulai dari sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern.
Museum Kretek merupakan satu-satunya museum rokok di Indonesia. Di sana juga bisa ditemukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan besar dalam memajukan bisnis rokok di Indonesia.
Bangunan Museum Kretek yang berdiri di atas areal seluas 2 hektar ini terbilang sangat indah dan megah. Di depannya ada dua bangunan terpisah berasitektur rumah adat Kudus dan surau gaya Kudus. Interior Museum dipenuhi dengan patung-patung dan berbagai macam perlengkapan pembuatan rokok. Patung-patung yang apik itu adalah hasil karya seniman-seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik.
Lokasi Museum ini tak terlalu sulit untuk dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun umum. Kota Kudus, yang terletak 50 km timur Semarang, paling tidak bisa menghabiskan waktu kurang dari satu jam dari Semarang. Terletak di Desa Getas Pejaten No. 155, Kecamatan Jati, Kudus, Jateng.
Bangungan yang diresmikan dan dibuka pada tahun 1986 ini merupakan gagasan dari gubernur Jawa Tengah pada waktu itu yaitu H. Soepardjo Roestam dengan tujuan untuk menyelamatkan dan menyajikan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan rokok kretek di kota Kudus.
Sampai saat ini, Museum Kretek merupakan museum rokok terbesar di Indonesia. Untuk mengenang para tokoh yang telah berjasa besar dalam industri rokok di Kudus, pengelola museum mengabadikan figur mereka melalui lukisan-lukisan yang dipajang di dinding museum.
Di dalam Museum Kretek ini tersimpan berbagai peralatan dan mesin-mesin tradisional pembuatan rokok kretek dan rokok klobot serta sarana promosi rokok pada masa itu. Secara umum, ada lima koleksi besar alat produksi rokok di museum ini: koleksi gilingan cengkeh (alat perajang cengkeh glondong), koleksi gilingan tembakau (alat pengurai tembakau), koleksi krondo (alat untuk memisahkan batang tembakau yang kasar dan yang halus), dan koleksi alat perajang tembakau.
Selain itu pengunjung juga dapat melihat foto-foto dokumentasi lintasan sejarah rokok kretek Kudus dan juga dapat mengamati diorama yang menggambarkan proses produksi baik secara tradisional (dengan tangan tanpa alat bantu dan produksi rokok giling tangan yang menghasilkan rokok kretek dan rokok klobot) maupun proses produksi rokok filter dengan mesin modern.
Selain itu, di Museum Kretek, kini, dilengkapi dengan arena bermain untuk anak dan film dokumenter mengenai kretek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan isi komentar, bebas tapi sopan!