TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA. KOMENTAR ANDA MERUPAKAN KEHORMATAN BAGI KAMI.
Komentar, masukan, ide, dan gagasan Anda sangat kami butuhkan di sini. Demi majunya kegiatan belajar mengajar SD kami. Utamanya untuk meningkatkan prestasi belajar para peserta didik kami. Salam untuk orang-orang yang dekat di hati Anda. Mari bersama kita tingkatkan mutu pendidikan di Indonesia!

Jumat, 16 April 2010

Guru Benturkan Siswa ke Papan Tulis


JEMBER (14/4/2010) – Kekerasan ternyata belum bisa lepas dari dunia pendidikan kita. Ini seperti yang dialami Riskiyah, siswa kelas 3 SDN Karangkedawung o2, Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Bocah 9 tahun itu menderita gegar otak ringan setelah mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan gurunya sendiri yang berinisial AN. Akibatnya, sejak lima hari lalu dia dirawat di Puskesmas Mumbulsari.

Kejadian bermula saat putri pasangan Astamu dan Romlah, warga Sumberagung, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, itu mengikuti pelajaran matematika yang diajar AN (7/4/2010). Untuk memulai pelajaran, guru tersebut memberikan soal kepada murid-muridnya. Menurut Nining, 9 tahun, teman Riskiyah, AN memanggil satu per satu muridnya untuk mengerjakan soal di papan. Salah satunya Riskiyah. “Waktu itu soalnya perkalian,” ujarnya. Karena tidak bisa mengerjakan, Riskiyah hanya diam di depan kelas.Lalu sang guru memegang kepala Riskiyah dan membenturkannya ke

papan tulis. “Kepalanya dibenturkan ke papan tulis dua kali,” imbuhnya. Seketika itu Riskiyah menangis akibat perlakuan oknum guru tersebut. Menurut Nuning, karena tidak mau berhenti menangis, Riskiyah diantarkan pulang oleh teman-temannya.

Sejak itu Riskiyah jatuh sakit. “Dia mengaku pusing dan mual malam harinya,” kata Astamu, ayah korban. Menurut dia, suhu tubuh anaknya terus naik disertai muntah-muntah. Karena itu, esoknya dia membawa sang putri ke Puskesmas Mumbulsari. Dia mengaku khawatir terjadi apa-apa terhadap anaknya.

Astamu juga meminta pihak sekolah bertanggung jawab. “Selain itu, kami minta guru tersebut dikeluarkan dari sekolah itu,” ujarnya dengan emosi. Dia menganggap orang seperti itu tidak seharusnya menjadi guru. Dia mengatakan, kalu kemampuan anaknya seperti itu, masak dipaksa harus bisa. Seharusnya, menurut dia, sang guru mengajari dengan lemah lembut, apalagi dia itu guru perempuan.

“Jika memang tidak, paling tidak guru tersebut harus dimutasi dari sekolah itu,” ujarnya. Tuntutan itu dilakukan agar anaknya tidak takut untuk melanjutkan sekolah di sana. Sebab, anaknya masih ingin sekolah, tapi takut dengan sang guru. Selain itu, kejadian tersebut ternyata tidak hanya dilakukan sekali oleh oknum guru berstatus PNS tersebut. Namun, pihaknya sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang membiayai pengobatan putrinya selama dirawat di puskesmas.

Seorang perawat di puskesmas mengatakan, riskiyah sakit panas dan muntah-muntah akibat benturan di kepalanya tersebut. “Gejala yang dialami karena trauma di kepala, sehingga sang anak shock,” imbuhnya. Namun, saat ini kondisinya sudah membaik. Tapi, Riskiyah belum diperbolehkan pulang karena kondisinya masih lemah, meskipun sang anak tiap hari menangis.

Saat hendak dikonfirmasi, AN tidak ada di sekolah karena sudah pulang. Namun, Kepala SDN karangkedawung 02 Sudartin mengaku bersedia menanggung semua biaya Riskiyah selama di rawat di puskesmas. Bahkan, hingga sang anak sembuh.

Saat menanggapi tuntutan korban agar sang guru dimutasi dari sekolah tersebut, kepala sekolah mengatakan hal itu sudah diusahakan. “Kami sudah mengajukan surat ke UPTD Pendidikan serta Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.” Tandasnya. (ram/jpnn/c2/zen/JawaPos/Nusantara)

1 komentar:

  1. Wah...ikut prihatin juga melihat kenyataan itu,sama2 sebagai seorang guru terkadang saya pun mengalami emosi yang tak terbendung menghadapi siswa yang nakal dan susah diatur.Saat emosi seperti itulah bisa saja guru berbuat diluar kontrol,namanya saja juga manusia....semoga saja kita semua bapak/ibu guru diberikan kesabaran yg super ekstra menghadapi kenakalan anak di jaman sekarang yg sungguh luar biasa,mari kita tingkatkan kreativitas kita dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa didik kita tidak berbuat hal-hal yg memancing emosi kita,hidup guru !!!

    BalasHapus

Silahkan isi komentar, bebas tapi sopan!