TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA. KOMENTAR ANDA MERUPAKAN KEHORMATAN BAGI KAMI.
Komentar, masukan, ide, dan gagasan Anda sangat kami butuhkan di sini. Demi majunya kegiatan belajar mengajar SD kami. Utamanya untuk meningkatkan prestasi belajar para peserta didik kami. Salam untuk orang-orang yang dekat di hati Anda. Mari bersama kita tingkatkan mutu pendidikan di Indonesia!

Jumat, 16 April 2010

Guru Benturkan Siswa ke Papan Tulis


JEMBER (14/4/2010) – Kekerasan ternyata belum bisa lepas dari dunia pendidikan kita. Ini seperti yang dialami Riskiyah, siswa kelas 3 SDN Karangkedawung o2, Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Bocah 9 tahun itu menderita gegar otak ringan setelah mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan gurunya sendiri yang berinisial AN. Akibatnya, sejak lima hari lalu dia dirawat di Puskesmas Mumbulsari.

Kejadian bermula saat putri pasangan Astamu dan Romlah, warga Sumberagung, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, itu mengikuti pelajaran matematika yang diajar AN (7/4/2010). Untuk memulai pelajaran, guru tersebut memberikan soal kepada murid-muridnya. Menurut Nining, 9 tahun, teman Riskiyah, AN memanggil satu per satu muridnya untuk mengerjakan soal di papan. Salah satunya Riskiyah. “Waktu itu soalnya perkalian,” ujarnya. Karena tidak bisa mengerjakan, Riskiyah hanya diam di depan kelas.Lalu sang guru memegang kepala Riskiyah dan membenturkannya ke

papan tulis. “Kepalanya dibenturkan ke papan tulis dua kali,” imbuhnya. Seketika itu Riskiyah menangis akibat perlakuan oknum guru tersebut. Menurut Nuning, karena tidak mau berhenti menangis, Riskiyah diantarkan pulang oleh teman-temannya.

Sejak itu Riskiyah jatuh sakit. “Dia mengaku pusing dan mual malam harinya,” kata Astamu, ayah korban. Menurut dia, suhu tubuh anaknya terus naik disertai muntah-muntah. Karena itu, esoknya dia membawa sang putri ke Puskesmas Mumbulsari. Dia mengaku khawatir terjadi apa-apa terhadap anaknya.

Astamu juga meminta pihak sekolah bertanggung jawab. “Selain itu, kami minta guru tersebut dikeluarkan dari sekolah itu,” ujarnya dengan emosi. Dia menganggap orang seperti itu tidak seharusnya menjadi guru. Dia mengatakan, kalu kemampuan anaknya seperti itu, masak dipaksa harus bisa. Seharusnya, menurut dia, sang guru mengajari dengan lemah lembut, apalagi dia itu guru perempuan.

“Jika memang tidak, paling tidak guru tersebut harus dimutasi dari sekolah itu,” ujarnya. Tuntutan itu dilakukan agar anaknya tidak takut untuk melanjutkan sekolah di sana. Sebab, anaknya masih ingin sekolah, tapi takut dengan sang guru. Selain itu, kejadian tersebut ternyata tidak hanya dilakukan sekali oleh oknum guru berstatus PNS tersebut. Namun, pihaknya sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang membiayai pengobatan putrinya selama dirawat di puskesmas.

Seorang perawat di puskesmas mengatakan, riskiyah sakit panas dan muntah-muntah akibat benturan di kepalanya tersebut. “Gejala yang dialami karena trauma di kepala, sehingga sang anak shock,” imbuhnya. Namun, saat ini kondisinya sudah membaik. Tapi, Riskiyah belum diperbolehkan pulang karena kondisinya masih lemah, meskipun sang anak tiap hari menangis.

Saat hendak dikonfirmasi, AN tidak ada di sekolah karena sudah pulang. Namun, Kepala SDN karangkedawung 02 Sudartin mengaku bersedia menanggung semua biaya Riskiyah selama di rawat di puskesmas. Bahkan, hingga sang anak sembuh.

Saat menanggapi tuntutan korban agar sang guru dimutasi dari sekolah tersebut, kepala sekolah mengatakan hal itu sudah diusahakan. “Kami sudah mengajukan surat ke UPTD Pendidikan serta Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.” Tandasnya. (ram/jpnn/c2/zen/JawaPos/Nusantara)

Jumat, 09 April 2010

Inilah Jadwal Lengkap Piala Dunia 2010


Berikut jadwal lengkap Piala Dunia 2010, termasuk skema babak gugur hingga final.
(Waktu dalam WIB)
Silahkan klik Di Sini..!

Perhatikan Hasil dan Klasemen Piala Dunia Afrika Selatan 2010 di sini

TANGGUNG JAWAB SEORANG ANAK (Sebuah Kisah Teladan dari Negeri China)





Seorang anak di Cina pada 27 Januari 2007 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “perbuatan luar biasa”. Diantara sepuluh orang yang meraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya kanak-kanak yang terpilih dari 1,4 miliar penduduk China.

Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.

Sejak ia berusia sepuluh tahun (Tahun 2001) anak itu ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan hidup bersama ayahnya yang sakit keras dan miskin. Sejak itu Zhang Da (demikian nama anak itu) hidup dengan sang ayah yang tidak bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Ia masih terlalu kecil untuk memikul tanggung jawab yang berat itu, namun ia tetap berjuang. Ia bersekolah dengan berjalan kaki melewati hutan kecil yang sangat jauh jaraknya. Karena tidak sarapan, diperjalanan itu ia makan daun-daunan, biji-bijian, dan
buah-buahan yang ia temui di hutan. Kadang ia mencoba memakan sejenis jamur atau rumput, sehingga ia tahu tumbuhan mana yang masih bisa diterima lidahnya dan mana yang tidak. Pulang sekolah, ia bekerja membelah batu-batu besar untuk bahan bangunan. Upah sebagai tukang belah batu digunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk ayahnya.

Setiap hari ia menggendong ayahnya ke kamar mandi, menyeka sekaligus memandikan ayahnya. Ia membeli beras dan membuatkan bubur untuk makan ayahnya. Segala urusan ayahnya lainnya pun ia yang mengerjakannya sendirian.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengobati sang ayah. Ia pun belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Ia mempelajari bagaimana seorang suster memberikan suntikan pada pasiennya. Setelah merasa mampu, ia sendiri yang menyuntik ayahnya dengan obat sesuai takaran yang diketahuinya dari buku yang ia baca.

Ketika acara penganugerahan penghargaan tersebut berlangsung, pembawa acara bertanya apa yang diinginkan Zhang Da, “Apakah uang atau yang lainnya. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan juga ada ratusan juta penonton televisi. Mereka siap membantumu!”. Namun apa yang dikatakan Zhang Da sungguh mengejutkan siapapun, ia hanya berkata, “Aku hanya ingin mama pulang kembali ke rumah!”

Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia sepuluh tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama lima tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok yang tangguh dan pantang menyerah.

Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya. Ada anak yang sudah sekolah di SD masih disuapi dan memakai baju pun masih dibantu. Potensi anak seringkali muncul justru ketika ditempa kesulitan. Jika langkah anak selalu dimudahkan maka kreativitas dan daya juangnya pun tidak akan tumbuh. Oleh karena itu, ada pepatah mengatakan,”Jangan mudahkan hidup anak hari ini, kalau itu hanya untuk menyulitkannya dikemudian hari”. (Edi Mulyono, S.Pd)

Alat Peraga Sederhana dari Bahan Limbah Produksi
















Alat peraga dalam pembelajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa tujuannya untuk mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan siswa, sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik bila
siswa gembira belajar atau senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman kongkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat peraga pembelajaran. Dalam pembelajaran tidak mesti harus menggunakan alat peraga yang mahal, kita dapat membuat alat peraga sendiri dengan menggunakan bahan baku yang murah dan banyak tersedia di lingkungan kita. Kalau perlu memanfaatkan bahan bekas atau mendaur ulang limbah produksi yang ada. Seperti alat peraga karya Bapak Edi Mulyono, S. Pd Guru Kelas 4 SD 3 Megawon yang telah memanfaatkan bahan limbah kayu ramin menjadi alat peraga IPS miniatur rumah adat dan alat peraga IPA tentang pemanfaatan energi alternatif. Mungkin dari rekan guru yang lain yang membaca postingan ini jika mempunyai alat peraga karya sendiri bisa ditampilkan di blog ini.

Kamis, 08 April 2010

5 Cara Agar Anak Menyukai Matematika



Ibu Sri Tani Guru Kelas 5 SD 3 Megawon sering berkeluh kesah kepada guru-guru yang lain di kantor. Hal yang sering dikeluh kesahkan adalah jebloknya nilai ulangan matematika. Seperti biasa jika hasil ulangan matematika murid kita jelek. Biasanya, kita langsung memarahi diikuti dengan 'ceramah' untuk rajin belajar, simak baik-baik kalau guru menerangkan pelajaran dan seterusnya. Si anak hanya bisa diam cemberut mendengar 'ceramah' tadi. Terus, apa yang bisa kita lakukan?

1. Beri Inspirasi
Sebagian besar murid tidak menyenangi matematika karena mereka tidak melihat pentingnya matematika. Tidak seperti membaca dan melukis, bilangan dan simbol matematika terasa tidak punya arti apa-apa. Kita perlu menunjukkan betapa pentingnya matematika bagi kehidupan nyata kita. Ajarkan ke murid cerita tentang rekayasa besar dalam sepanjang sejarah manusia. Pembangunan piramida di Mesir, pembangunan sebuah bendungan, misi ke ruang angkasa tidak pernah terlaksana tanpa kehadiran matematika dan ahli matematika.

2. Yang Praktis-praktis saja
Libatkan murid dalam persoalan matematika nyata. Temukan sesuatu yang menarik bagi murid dan hubungkan dengan matematika. Contohnya, jika sedang tren bola basket. Selama permainan, tanyaka berapa point yang harus dikejar oleh tim yang kalah agar dapat mengungguli lawannya. Dan berapa pertandingan yang diperlukan untuk memenangkan liga bola basket. Jika mereka senang membantu orang tuanya mengerjakan sesuatu di rumah, minta mereka untuk mengukur potongan kayu yang diperlukan untuk membuat kursi. Atau, suruh mereka menyiapkan bahan-bahan baku untuk membuat kue dengan ukuran tertentu. Tatkala, mereka sedang di sebuah supermarket, minta mereka ikut menghitung nilai belanja (tanpa harus menggunakan alat bantu kalkulator di pesawat seluler). Jumlahnya tidak harus tepat sekali.

3. Selangkah Demi Selangkah
Keberhasilan dalam matematika - sebagaimana keberhasilan dalam kehidupan adalah bagaimana membelah pekerjaan-pekerjaan besar menjadi lebih kecil namun dapat lebih mudah ditangani. Beberapa murid merasa pusing mendapatkan daftar pertanyaan matematika yang banyak. Jika demikian, maka dia pasti berkesimpulan bahwa matematika itu membosankan dan rumit. Ajari mereka untuk mengambil satu pertanyaan dan membaginya menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah.

4. Dorong Kreativitas
Murid mungkin menjadi buntu secara mental pada suatu topik karena mereka hanya melihatnya dari satu cara. Mungkin mereka perlu dibawa keluar dari 'kotak' dan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Tunjukkan betapa indahnya melaihat sesuatu itu denga sudut pandang yang berdeda. Bantu mereka untuk melihat situasi dari perpektif orang lain. Biasanya mereka untuk mengelaborasi cara lain dalam menyelesaikan masalah. Bahkan, sesuatu yang terlihat sederhana, dapat didekati dengan berbagai cara. Teka teki silang (baik angka maupun huruf) adalah baik untuk melatih kreativitas dan kelenturan berpikir. Atau menggunakan teknik permainan atau perlombaan antar kelompok, siapa cepat dia yang dapat. Hindari pembelajaran matematika dengan ceramah konvensional yang sekarang sudah dianggap kuno karena cenderung membosankan anak. Sebesarkan mungkin gunakan alat peraga dalam membelajarkan konsep dengan penerapan metode yang membuat anak senang.

5. Positiflah!
Hindari pernyataan negatif seperti 'matematika itu susah (meskipun kita sendiri merasakan betapa sulitnya matematika ketika kita bersekolah dulu). Dan juga hendaknya menghindari penggunaan kata-kata ”begitu saja tidak bisa” atau ”bodohnya kamu” yang dapat melemahkan mental belajar anak menjadi turun. Jelaskan kepada mereka bahwa setiap orang mempunyai kemampuan alamiah untuk mengerjakan matematika dan bahwa menyelesaikan soal matematika tidak begitu berbeda dengan menyelesaikan persoalan-persoalan lain dalam kehidupan ini. Di atas itu semua, inspirasikan kepercayaan diri dalam murid. Ajari mereka untuk tekun. dan bahwa pasti ada solusi pada setiap persoalan. Kita semua akan berkinerja lebih baik apabila kita menyenangi apa yang kita kerjakan. Untuk itu, membuat murid menyenangi matematika adalah kunci suksesnya. Mereka memang tidak lantas menjadi genius di bidang matematika, tetapi mereka akan berterima kasih kepada kita ketika mereka memasuki dunia nyata dan mulai menghitung gaji dan kekayaannya.
Anak-anak sekarang tidak suka matematika? Apa kata dunia?
(Penulis : Edi Mulyono, S. Pd Guru Kelas IV SD 3 Megawon)

Alat Pendeteksi Nikotin


Alat peraga ini sangat cocok untuk mengajarkan kepada anak bahwa betapa sangat berbahayanya merokok itu. Apalagi dari kalangan Majelis Tarjih Muhammadiyah Pusat telah mengeluarkan fatwa haram untuk rokok. Alat ini sebagai pembukti betapa sangat pantas jika rokok diharamkan. Alat peraga sederhana ini bernama
Pendeteksi Nikotin. Diproduksi oleh PSBG Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Alat peraga ini bermanfaat untuk menunjukkan kepada para peserta didik akan bahaya dari racun tembakau (nikotin).

Bahan yang dibutuhkan : Toples plastik kecil, 2 buah selang plastik seukuran rokok, kapas, lem plastik dan paku besar untuk melubangi plastik serta alat lain yang relevan.

Cara membuat : Tutup plastik dilubangi sebesar selang, lalu pasang lubang pada lobang tersebut, jangan lupa di-lem supaya rapat. Masukkan kapas pada toples plastik.

Cara penggunaan : Pasang rokok pada salah satu ujung selang, kemudian gunakan ujung selang yang lain untuk menghisapnya. Amati kapas yang ada pada toples plastik dan catat apa yang terjadi. Tampak kapas berwarna kekuning-kuningan, warna kuning itulah yang merupakan Nikotin.

Alat ini diproduksi oleh : Muhajir, S.Ag (LRC), Suparyati, A.Ma Pd (Ketua PSBG), Kasturi (PBS 1) dan Hj. Rustiyati (PBS 2). Adapted by : Apakabar PSBG.


Selasa, 06 April 2010

Belajar dari Benih yang Tumbuh











Sepanjang perjalanannya, sebagian benih jatuh di pinggir jalan, setelah beberapa waktu, datanglah seekor burung dan memakannya. Alkisah, ada seorang penabur benih yang pergi membawa sekarung benih. Sebagian lagi jatuh di tanah yang berbatu, yang tidak banyak tanahnya, dan benih itu pun segera tumbuh, tetapi tidak dapat bertahan lama karena tanahnya tipis, maka akarnya pendek, segeralah ia menjadi kering dan layu. Sebagian lagi jatuh di semak berduri, lalu seiring dengan pertumbuhan benih tersebut, ia terhimpit oleh semak belukar, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian lainnya jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan subur dan banyak buahnya, dan menghasilkan banyak sekali panenan.
Benih hidup kita, Hidup manusia pun bisa dianalogikan seperti benih di atas. Seperti benih pertama, beberapa orang hidup tanpa berhasil mengaktualisasi potensi diri mereka atau bahkan tidak berhasil menemukannya. Mereka sama sekali tidak menghasilkan apa-apa dalam hidupnya, bahkan sampai mereka meninggal.
Beberapa seperti benih kedua, yang mampu berkembang dengan cepat dan pesat, namun sesungguhnya akarnya(hidupnya) sangat rapuh dan kering. Orang-orang sepertinya adalah orang yang tidak henti-hentinya bekerja secara terus menerus, tanpa mempedulikan kualitas kesehatan fisik, mental, ataupun sosial. Mereka memiliki kualitas hidup yang kurang baik, mungkin sakit-sakitan, memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah, ataupun terdapat ketidakharmonisan di keluarganya. Secara sekilas, mereka terlihat memiliki segalanya, tetapi sesungguhnya kehidupan mereka kering.
Beberapa seperti benih ketiga, walaupun mereka punya akar kuat dan mampu tumbuh tinggi, tetapi mereka tidak berbuah. Orang-orang seperti ini hanya hidup untuk dirinya sendiri, dan sesungguhnya mereka tidak memberikan 'nilai' yang berarti bagi orang-orang di sekitar mereka. Mereka hanya hidup untuk ambisi pribadi sendiri, tanpa memperdulikan orang lain. Mereka sama sekali tidak menghasilkan 'buah' yang bisa diberikan untuk orang lain.
Dan tentunya, sedikit orang seperti benih keempat, di mana mereka berhasil mempunyai tanah yang subur dengan mineral yang cukup, di mana akhirnya potensi dari benih tersebut bisa sampai maksimal dan juga menghasilkan buah bagi orang lain. Merekalah yang bisa menjaga keseimbangan di antara seluruh aspek hidup mereka, karena selain berbuah dengan baik, juga memiliki akar yang kuat.
Benih yang manakah kita? Manakah benih yang paling menggambarkan hidup kita? Apakah hidup kita seperti benih yang pertama, yang hidup dengan sia-sia tanpa menghasilkan apa pun?Ataukah seperti benih kedua, yang dibutakan oleh harta semata tanpa mempedulikan kebahagiaan dan kesehatan kita? Dan akhirnya kita akan merasa hidup kita sia-sia dan kering? Ataukah seperti benih ketiga, yang hanya egois memperhatikan diri sendiri, tetapi tidak memberikan kontribusi(nilai) apa pun bagi sesama kita?
Berbeda dengan benih, kita mempunyai kekuatan dan daya untuk menentukan hendak berada di tanah yang manakah kita berada. Jika pun kita telah berada di tanah yang salah, kita masih mempunyai kemampuan untuk berpindah. Tidak seperti benih yang hanya bisa pasrah, kita masih mempunyai 'kaki', pikiran, dan hati untuk meninggalkan tanah yang lama dan menuju tanah subur impian benih tersebut. Jika kita merasa belum berada di tanah subur kita, maka jangan buang waktu lagi, carilah tanah tersebut. Tanamkanlah akar dengan kuat, tumbuhkanlah batang pohon kita dengan tinggi, dan yang paling penting: hasilkanlah buah yang manis untuk orang lain. Karena hanya dengan demikianlah, benih (orang) tersebut telah mengeluarkan potensi maksimal dalam dirinya. Benih yang berhasil menanamkan akar yang kuat, dan telah menumbuhkan batang yang menjulang tinggi, tapi tidak menghasilkan buah apapun, sama saja dengan tidak berguna. Ia akan ditebang dan dibuang, dan akan digantikan dengan pohon yang lain.

Guru Dalam Kenangan Kami



Ini adalah guru-guru yang pernah menghiasi sekolah kami. Perannya sungguh luar biasa dalam mendidik siswa-siswa kami, sampai-sampai bayangannya sampai sekarang masih membekas di lubuk hati kami. Ya, beliau adalah guru-guru yang akan kami selalu kenang. Karena berkat beliau, kami dapat belajar banyak mengenai hormat dan menghormati, harga dan menghargai, serta hidup dan menghidupi. Beliau adalah Bapak Muhlas, S. Ag, Ibu Siti Aminah dan Ibu Sri Mewarti Rahayu. Sekarang beliau-beliau tersebut sedang menjalankan tugas di tempat tugas yang baru. Semoga mendapatkan kebahagiaan di tempat yang baru tersebut. Amin.

Senin, 05 April 2010

Prediksi Soal UASBN Tahun 2010


Kurang satu bulan lagi siswa kelas 6 akan menghadapi UASBN. Berbagai persiapan sudah dipersiapkan dengan matang. Termasuk memberikan latihan soal-soal UASBN. Berikut akan kami berikan contoh prediksi soal UASBN tahun 2010 terbitan BSNP dengan mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Prediksi soal UASBN tahun 2010 tersebut dapat di unduh di sini.

Jumat, 02 April 2010

Alat Peraga Matematika : Corong Berhitung


Membuat Alat Peraga Murah (APM) untuk digunakan dalam pembelajaran tidaklah rumit. Modal niat yang tulus atau keinginan yang mulia memajukan anak bangsa melalui pendidikan di bangku SD sejak awal menjadi spirit berharga menciptakan karya nyata agar murid-murid menjadi betah dan tertarik bahkan menyenangkan mempelajari pelajaran seperti Matematika yang selama ini menjadi momok bagi sebagian anak.

Membelajarkan anak didik dengan cara PAKEM, PAKEMI, PAIKEM atau istilah lainnya yang sejenis berkonotasi Active Learning bukan hanya hiasan di bibir semata. Dibutuhkan kreatifitas guru untuk mewujudkannya. Salah satu cara mewujudkan hal itu adalah

melahirkan APM berinisial ”Corong” sebagai alat yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik di kelas awal terutama memperkenalkan sejak dini kepada anak-anak pelajaran Matematika yang bermakna.

Seperti apakah corong itu?.

Siapkan alat berupa gunting, mistar, cutter, pensil, dan paku. Jangan lupa bahan-bahan yang murah meriah dan dapat ditemukan di lingkungan sekitar seperti kardus, karton warna, lem kertas, tali, plester, bijibijian yang dapat diambil atau di buat dari biji semangka yang dikeringkan atau biji kacang hijau, plester, 10 botol bekas air mineral ukuran sedang, gantungan gorden sebanyak 13 buah, kartu angka/bilangan dari map bekas yang digunting.

Tahukah anda cara membuatnya?

  1. Potong botol air mineral menggunakan cutter. Ambil bagian atasnya saja
  2. Susun mendatar ke 10 bagian atas botol tersebut di atas permukaan kardus. Atur jaraknya, kemudian buat lubang sebesar mulut botol. Setelah itu masukkan mulut botol ke lubang yang telah dibuat pada kardus sehingga botol ersusun rapi dan tidak bergeser.
  3. Potong kardus menggunakan catter sehingga membentuk sebuah balok dengan panjang disesuaikan dengan lebar botol yang tersusun.
  4. Buat laci di salah satu bagian panjang kardus di mana botol terletak di bagian bawah atasnya. Buatkan pegangan laci dari tali.
  5. Setelah lacinya jadi, buatlah latar (bentuk bebas). Pada latar pasang gantungan gorden secara mendatar sejajar dengan jarak botol.
  6. Tempel latar tersebut pada salah satu sisi kardus yang bertolak belakang dengan sisi laci bebrbentuk balok.

Cara Menggunakannya Bagaimana?

  1. Gantung angka pada gantungan gorden sehingga membentuk penjumlahan berulang.
  2. Masukkan biji-bijian ke dalam tiap botol sesuai jumlah angka yang tergantung.
  3. Tarik laci untuk mengetahui hasil dari perkalian dengan menghitung jumlah biji-bijian.


Indikator apa yang ingin dicapai?

  1. Dapat mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan menggunakan corong.


Adapted By : Apa Kabar PSBG