Membangun pemahaman perkalian yang selama ini sering dilakukan adalah dengan cara menyuruh anak menghafal, berdiri di muka kelas. Bagi mereka yang tidak hafal mereka disuruh berdiri di sudut kelas sampai pelajaran usai. Pembelajaran seperti ini di samping tidak menyenangkan, juga anak tidak mengetahui makna yang sebenarnya dari perkalian itu sendiri. Sekarang berbeda, meskipun penulis baru sekilas mengenal metode DUGEM (Dunia Gembira), namun dapat merasakan bedanya terutama dengan suasana kelas yang menjadi lebih menyenangkan dan matematika bukan lagi mata pelajaran yang menakutkan.
Berikut ini pengalaman penulis mengajar perkalian dengan menggunakan Stik Es Krim sebagai media pembelajaran. Alat ini sangat sederhana dan banyak ditemukan di sekitar anak. Apalagi anak-anak sekarang terserang demam Upin dan Ipin (tokoh film kartun produksi negara
Langkah pembelajaran sebagai berikut: Anak diminta membawa 10 sampai 20 Stik Es Krim, kemudian membawanya ke sekolah. Kegiatan ini boleh dilakukan berpasangan, berkelompok atau individu. Sebelum kita memulai pelajaran, anak disuruh mengamati benda yang ada di sekitar, misalnya kursi dan meja. Tanyakan berapa kaki meja atau kursi, anak akan menghitung dan menjawab 4 (empat); kemudian ditanya kalau dua atau tiga kursi berapa jumlah kakinya?. Kita bisa pindah ke obyek yang lain, misalnya kaki anak ada berapa?, bila 4 anak atau 5 anak berapa jumlah kakinya, dan seterusnya. Kegiatan ini membantu anak memahami konsep dasar perkalian sebagai penjumlahan berulang.
Berikut anak disuruh mengeluarkan Stik Es Krim yang sudah mereka bawa, kemudian anak diminta menyusun Stik Es Krim tiga-tiga ke bawah sebanyak empat susun. Tanyakan ada berapa susun atau berapa kali tiganya, kemudian berapa jumlahnya. Lakukan ini berulang-ulang dengan jumlah yang berbeda, misalnya dua-dua ke bawah sebanyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan isi komentar, bebas tapi sopan!