Rasa takut terhadap pelajaran matematika sering kali menghinggapi perasaan para siswa di sekolah mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Padahal, matematika itu bukan pelajaran yang sulit, bahkan cenderung mengasyikkan. Hal ini dituturkan oleh Ibu Sri Tani Guru Kelas V SD 3 Megawon di sela-sela acara istirahat jam pertama di Ruang Guru. Beliau menegaskan bahwa setiap orang bisa bermatematika. Masalah fobia matematika kerap dianggap sangat krusial jika dibandingkan bidang studi lainnya karena sejak SD bahkan TK, siswa sudah diajarkan matematika.
Menurut Ibu Sri Tani, penyebab fobia matematika di antaranya mencakup penekanan belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Karena itu, untuk mengatasi fobia matematika, peranan guru sangat penting. Parahnya, guru-guru matematika yang ada di
"Ini yang salah, guru-guru selalu menganggap bahwa orang yang tidak bisa berhitung, tidak bisa matematika. Padahal, semua orang bisa matematika. Jadi salah jika orang yang berbakat dalam matematika adalah orang yang terampil berhitung," katanya. Karena begitu pentingnya peranan guru dalam mengatasi fobia matematika, maka pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika berfokus pada hitungan aritmatika belaka maka saat ini, kata Ibu Sri Tani, guru-guru harus meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar. Selain itu, pengajaran matematika juga harus berfokus kepada anak. Dijelaskan Ibu Sri Tani, hal ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan alat peraga konkret sederhana untuk mengenalkan gagasan matematika dan menghubungkan gagasan tersebut dengan kehidupan sehari-hari.
Ditegaskannya, bahwa matematika bukan hanya sekadar aktivitas penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dengan kebutuhan hidup modern. Karena itu, secara content, matematika bukan lagi sekadar arithmetic tetapi beragam jenis topik dan persoalan yang lekat dengan kehidupan sehari-hari. Dari aspek psikologi, menurut Ibu Sri Lestari Kepala SD 3 Megawon, peranan orang tua pun sangat dibutuhkan untuk mengatasi fobia matematika itu.
Menurutnya, mengajar matematika bukan sekadar mengenal angka dan menghapalnya namun bagaimana anak memahami makna bermatematika. Konsekuensinya, kata Ibu Sri Lestari, orang tua harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan isi komentar, bebas tapi sopan!